Oleh : Syamsul Bahri, M.Pd*)
Krisis akhlak disebabkan oleh tidak efektifnya pendidikan nilai dalam arti luas (dirumah,di sekolah,di luar rumah dan sekolah ).Karena itu,dewasa ini banyak komentar terhadap pelaksanaan pendidikan nilai yang dianggap belum mampu menyiapkan generasi muda bangsa menjadi warga Negara yang lebih baik.Memaknai hal tersebut reposisi,re-evaluasi,dan redefinisi pendidikan nilai bagi generasi muda bangsa sangat diperlukan. Inilah PR yang panjang bagi para pemikir bangsa ini untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi krisis moral para pelajar sekarang.Mencermati fenomena bangsa yang sedang dilanda krisis dan mulai menghirup udara demokrasi,maka reformasi dibidang pendidikan harus melibatkan semua komponen pendukungnya baik siswa,guru sekolah,birokrat,orang tua,seluruh lapisan masyarakatb harus bahu membahu bekerja keras untuk meningkatkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan,sehingga menghasilkan SDM yang berpengetahuan,terampil,sehat jasmani dan rohani,kreatif,inovatif,dan berbudi pekerti.Untuk itu lembaga pendidikan menempati posisi strategis,sebab baik buruknya bangsa ini tercermin dari hasil pendidikan sebelumnya.Kiranya sangat tepat dan ideal bila mulai sekarang dimasukkan mata pelajaran budi pekerti yang bertujuan menciptakan pelajar atau anak didik yang lebih baik. Mengenai pelajaran budi pekerti ini,dulu pernah ada,dan masih membekas dalam diri pelajar atau siswa yang pernah mengalaminya.Misalnya untuk kelas 1 (satu) Sekolah Dasar,siswa diajari bagaimana cara memegang pensil yang baik sehingga tulisannya menjadi rapi,baik,dan dapat tebaca.Kuku-kuku siswa selalu dilihat oleh guru,bila terlalu panjang langsung diberi sanksi,rambutnya yang panjang langsung dipotong.Kerapian setiap hari diperhatikan,dan seterusnya.Bahkan setiap minggu diadakan razia terhadap siswa didalam kelas,tampaknya fungsi kontrol dan pemberian sanksi langsung lebih dikedepankan sehingga anak selalu mengingat bahwa yang ini baik dan yang itu tidak baik.Di sinilah kunci pelajaran budi pekerti yaitu fungsi kontrol sejak anak usia dini. Sekarang ini yang perlu dipikirkan bersama adalah mekanisme kontrol bagaimana yang efektif untuk diterapkan pada saat ini.Maraknya tawuran pelajar yang brutal,keras dan anarkis tak luput dari lepasnya fungsi kontrol sekolah terhadap budi pekerti siswanya.Pentingnya pendidikan budi pekerti terhadap anak didik kita juga didasarkan pada pentingnya iman,akhlak dan moral.Hal ini penting sekali dalam kehidupan anak-anak didik kita terutama yang berkaitan dengan agama,setiap agama pasti mendidik agar anak-anak kita selalu bermoral baik dalam segala hal (tingkah laku). Dunia pendidikan telah melupakan tujuan utama pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan,sikap,dan keterampilan secara simultan dan seimbang.Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar untuk pengetahuan,tetapi melupakan pengembangan sikap atau nilai dan perilaku dalam pembelajarannya.Dunia pendidikan sangat meremehkan mata-mata pelajaran yang berkaitan dengan pembentukan karakter bangsa. Di sisi lain,tidak mungkin bahwa pelajaran-pelajaran yang mengembangkan karakter bangsa seperti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn),Pendidikan Agama,Ilmu Pengetahuan Sosial dalam pelaksanaan pembelajarannya lebih banyak menekankan pada asfek kognitif daripada asfek afektif dan psikomotor.Disamping itu,penilaian dalam mata-mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan nilai belum secara total mengukur sosok utuh pribadi siswa.Dewasa ini pelaksanaan pendidikan moral di sekolah diberikan melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan Pendidikan Agama akan tetapi masih tampak kurang pada keterpaduan dalam model dan strategi pembelajarannya disamping penyajian materi pendidikan moral di sekolah,tampaknya lebih berorientasi pada penguasaan materi yang tercantum dalam kurikulum atau buku teks,dan kurang mengaitkan dengan isu-isu moral esensial yang sedang terjadi dalam masyarakat,sehingga peserta didik kurang mampu memecahkan masalah-masalah moral yang terjadi dalam masyarakat.Bagi para siswa,adalah lebih banyak untuk mengahadapi ulangan atau ujian,dan terlepas dari isu-isu moral esensial kehidupan mereka sehari-hari.Materi pelajaran PPKn dan Pendidikan Agama dirasakan sebagai beban,dihapalkan dan dipahami,tidak menghayati atau dirasakan secara tidak diamalkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Untuk mengembangkan strategi dan model pembelajaran pendidikan dengan menggunakan pendekatan terpadu,diperlukan adanya analisis kebutuhan(needs assessment) siswa dalam belajar pendidikan moral.Dalam kaitan ini diperlukan adanya serangkaian kegiatan antara lain: (1) mengidentifikasi isu-isu sentral yang bermuatan moral dalam masyarakat untuk dijadikan bahan kajian dalam proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode klarifikasi nilai (2) mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran pendidikan moral agar tercapai moral yang komprehensif yaitu kematangan dalam pengetahuan moral perasaan moral,dan tindakan moral,(3) mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah dan kendala-kendala instruksional yang dihadapi oleh para guru di sekolah dan para orang tua murid di rumah dalam usaha membina perkembangan moral siswa,serta berupaya memformulasikan alternatif pemecahannya,(4) mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai moral yang inti dan universal yang dapat digunakan sebagai bahan kajain dalam proses pendidikan moral,(5) mengidentifikasi sumber-sumber lain yang relevan dengan kebutuhan belajar pendidikan moral. Terkait dengan pelajaran budi pekerti ini,sebenarnya telah banyak pelajaran yang diajarkan di sekolah yang menitik beratkan pada etika moral dan adab yang santun seperti pendidikan Agama,PPKn,dan BK (Bimbingan Konseling).Tetapi itu semua telah terbukti tidak mampu membentuk budi pekerti yang baik.Karena titik berat pada pelajaran ini hanya pada nilai saja,bukan pada perilaku para siswa dalam keseharian.Oleh karena itu,apabila pelajaran budi pekerti benar-benar diterapkan di sekolah,maka penulis disini membeikan beberapa alternative pemikiran yang perlu sebagai sumbangsih,diantarnya :· Penilaian harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan mempunyai kekuatan mengikat (dijadikan pertimbangan kenaikan kelas dan kelulusan) yang didasarkan pada kondisi obyektif pelajar bukan hasil menjawab pertanyaan.· Selalu ada fungsi control yang terus menerus terhadap perilaku siswa.· Sekolah harus bertindak tegas terhadap setiap pelanggaran yang terkait dengan budi pekerti ,dan· Guru juga harus mampu menjadi suri teladan yang baik kepada siswanya. Dengan demikian dari deskripsi di atas,pendidikan budi pekerti di sekolah menurut penulis masih sangat penting untuk diterapkan sebagai salah satu terapi dekadensi moral pelajar yang nantinya dapat menghancur leburkan tawuran,kekerasan,dan sifat anarki guna tercipta generasi atau pelajar beretika moral yang baik dan berbudi pekerti luhur.Bagaimanapun negeri ini memerlukan generasi yang cerdas,bijak dan bermoral sehingga bisa menyeimbangkan pembangunan keselarasan keimanan dan kemajuan jaman.Pertanyaannya adalah siapkah lingkungan sekolah(formal-informal),masyarakat dan keluarga untuk membangun komitmen bersama mendukung keinginan tersebut? Karena nasib bangsa Indonesia ini terletak dan tergantung pada moralitas generasi mudanya.
*) Penulis adalah Guru SMAN 1 Tanjung Palas Kabupaten Bulungan